Datanglah datanglah oh Imanuel (Yesaya 7:10-16)
Minggu, 18
Desember 2016, Minggu Advent Keempat
Panggilan Berbakti : Mazmur 149:1
Penyegaran Iman : 2 Petrus 1:10-11
Responsoria : Mazmur 80:1-7, 17-19
Pembacaan Epistel : Roma 1:1-7
Perikop pembahasan khotbah ini sudah
sering kita beritakan pada saat natal dan bahkan bisa menjadi tema natal bagi
gereja yang kita layani. Thema natal selalu diarahkan kepada perkataan Immanuel,
yang berarti Allah beserta kita. Namun menjadi pertanyaannya adalah apakah Imanuel
yang diceritakan dalam perikop ini dimaksudkan untuk Mesias atau sebagai
nubuatan nabi Yesaya?. Untuk mengetahui hal itu maka diperlukan sebuah analisa
kata sebab perikop khotbah ini menjadisebuah konsumsi yang berat, berat yang
dimaksudkan oleh penulis karena khotbah ini seharusnya memakai bahasa teks
aslinya (Bahasa Ibrani dan Yunani), sehingga kita mengetahui arti dari Immanuel
tersebut.
II.Analisa Introduksi
Penulis mengusulkan agar setiap
pengkhotbah selalu mengkaitkan khotbah ini terhadap latar belakang teks ini. Namun
penulis hanya menguraikan latar belakang teks yang berhubungan langsung dengan
teks ini.Jika kita baca khusus dalam perikop ini maka keadaan sebenarnya adalah
tentang Raja Ahaz yang menolak suatu tanda dari Tuhan. Raja Ahaz menolak untuk bergantung kepada Tuhan dalam
peperangan, sebab ia lebih percaya kepada banyaknya tentara Asyur untuk melawan
Aram dan Israel Utara. Tugas Yesaya pada waktu itu adalah menasehati raja Ahaz
supaya dia sungguh percaya kepada Tuhan Allah saja, jangan bersandar kepada
sekutunya. Setelah ternyata dia gagal dalam usaha tersebut kemudian Yesaya
menubuatkan penghukuman dan penghancuran bagi Yehuda (pasal 7), sekaligus dia
menubuatkan kedatangan raja yang sempurna (Mesias) yang disebut Immanuel (Yes
7:14).
Di Yehuda pemberontakan direncanakan oleh
bangsa-bangsa sekitarnya.Yesaya mengingatkan raja Ahaz agar tidak terlibat
dalam gerakan itu secara khusus juga jangan sekali-kali bersandar kepada Mesir.Raja
Ahaz yang telah meminta bantuan dan perlindungan Asyur menyatakan kesetiaannya
terhadap raja Asyur sepanjang hidupnya. Salah satu konsekwensinya, ia dipaksa
untuk membawa praktek agama Asyur ke dalam Bait Allah di Yerusalem, sewaktu ia
berkunjung ke Damsyik (II Raja 16:10-18). Ahaz juga mengambil ahli kebiasaan
mempersembahkan korban berupa anak yang berasal dari Semit Barat.
Yesaya memahami apa yang benar bagi
Yehuda dalam kehidupan keadilan social dalam negerinya tidak sama dengan
bangsa-bangsa asing. Ahaz memutuskan untuk bergabung dengan Asiria dan
mengabaikan peringatan nabi Yesaya yang digambarkan dengan tiga nama anaknya
secara ironis yakni “Shear Jashub” (tunas yang baru akan kembali, 7:3), Immanuel
(Allah beserta kita, 7:14), dan Maher Shalal Hashbaz (8:1).Anak pertama dari
ketiga merupakan anak Yesaya yang sesungguhnya, dan konteks yang kuat menganggap
bahwa anak yang kedua Imanuel adalah anaknya.
Peringatan nabi Yesaya yang ironis dan
radikal harus dipahami secara simbolik yang memiliki dua arti: sebagai
peringatan kehancuran dan janji. Seperti yang dikatakan Gottwald (judul buku:
The Hebrew Bible, hal 379) arti dari anaknya adalah:
“Shear Yasyub, adalah tak seorangpun atau sedikit pendukung akan
tinggal bersama Ahaz apalagi ia meneruskan aliansi politiknya atau sebaliknya
seorang tunas yang setia akan membangun kembali Yehuda jika raja Ahaz bijaksana
untuk memutuskan percaya kepada Yahweh dan meninggalkan kebijakan politiknya. Immanuel,
berarti bahwa Allah beserta kita untuk menghancurkan diri kita sendiri bila
kita mengundang Asiria masuk Palestina selatan atau bahwa Allah beserta kita
untuk menyelamatkan kita bila kita tidak bergabung dengan Asiria atau dengan
Israel dan Siria.Maher Shalal Hashbaz, berarti bahwa jika Yehuda
bergabung dengan Israel dan Siria melawan Asiria, maka suatu kuasa yang hebat
secara tiba-tiba akan menghancurkan Yehuda setelah dengan mudah menghancurkan
aliansi yang lain, atau Yehuda yang netral akan diselamatkan dari banyak
kehancuran yang akan disebabkan Israel dan Siria sebab penolakan mereka melawan
Siria akan gagal”.
Pesan Yesaya yang digambarkan melalui
ketiga anaknya secara simbolik itu sesungguhnya akan mendatangkan api
kehancuran, sebab para pemimpinnya hanya mengandalkan rencana kemanusiaannya
saja dan lari dari jalan Yahweh sebagai penguasa dunia ini.
III.
Analisa
Teologis
3.1.
Ayat 10-14: “Bukti dari Immanuel”
Ayat ini dimulai dengan perkataan “Tuhan
melanjutkan firmanNya kepada Ahas, kataNya mintalah suatu pertanda dari Tuhan
Allahmu….dst. Maksud dari perkataan ini adalah untuk meyakinkan dan menobatkan
keturunan Daud itu dengan menawarkan kepadanya suatu tanda dari Tuhan Allah.Hal
ini menjadi tawaran yang sangat luas kepada Ahas, namun ia menolak secara munafik
dengan mengatakan bahwa ia tidak mau dicobai Tuhan. Ahaz tetap mengeraskan
hati, tidak mau mendengar dan melihat firman Tuhan. Namun Yesaya sekali lagi
menyapa Ahas sebagai ”keluarga Daud” (13), bukan hanya sebagai pribadi yang
berdiri sendiri. Oleh karena itu, Tuhan Allah Israel disebut sebagai ”Allahmu”
terhadap Ahas pada ayat 11. Kemudian pada ayat 13 ini Yesaya mengungkapkan rasa
kesalnya terhadap sikap Ahas yang tetap bersikeras, sehingga ia berkata, ”Belum
cukupkah kamu melelahkan orang, hingga kamu melelahkan Allahku juga?” Namun
Tuhan masih tetap bersabar terhadap Ahas dan berusaha mentobatkannya. Oleh
karena itu, Allah memberikan suatu tanda kepada Ahaz yaitu seorang perempuan
muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan ia akan
menamakan Dia Imanuel. Menjadi pertanyaan bagi kita adalah siapakah yang
dimaksudkan dengan seorang perempuan muda dalam teks ini? Dari teks ini jelas
bagi kita bahwa wanita muda itu sudah dikenal baik oleh Yesaya maupun oleh
Ahas.Nampaknya wanita ini bukanlah dari keluarga Ahas. Hal ini dibuktikan
ketika nama anak itu diberi oleh wanita itu sendiri.Wanita muda dalam bahasa
Ibraninya adalah Alma, dan untuk
menunjukkan gadis perawan yang muda adalah Bethulah
(jika dalam PB kedua kata ini menjadi satu yaitu “parthenos”).Dengan melihat
pengertian ini maka dalam teks ini dipakai kata alma. Nama dari anak itu adalah Immanuel, yang berarti Allah beserta
kita. Inilah pesan dan berita sentral dari nubuatan Nabi Yesaya kepada suatu
bangsa yang tidak setia kepada Tuhan. Dalam hubungan dengan apa yang telah
diberitakan sebelumnya, penyertaan Tuhan di tengah umat-Nya, pada satu pihak
bisa berarti hukuman atas kemurtadan bangsa itu, tetapi yang lebih penting berarti
kelepasan dan keselamatan bagi ”Sisa Israel” (simbol nama ”Syear Yasyub” dalam
ayat 3 dan lihat juga latar belakang teks).
3.2.
Ayat 15-16: “Ketentuan dari Immanuel”
Dijelaskan melalui
ayat ini bahwa Anak itu akan dibesarkan dengan makan ”dadih
dan madu”, yaitu makanan yang lezat yang dinikmati juga oleh para nenek moyang
mereka pada zaman pengembaraan (Kej 18:8; Hak 5:25). Dia akan dibesarkan sesuai
dengan tradisi kuno Yahwisme. Oleh karenanya, anak itu kelak akan membuka jalan
baru dan memulai hidup umat yang baru berdasarkan Immanuel itu, yang ”tahu
menolak hal yang jahat dan memilih hal yang baik” (ay 15). Anak Immanuel itu
akan dibesarkan pada zaman yang sukar dan kacau serta tegang menghadapi ancaman
dari Syria dan Efraim. Setelah anak itu mulai sadar untuk memilihapa yang
disukainya, maka kedua musuh Yehuda itu akan dikalahkan oleh Asyur dan tanah
mereka ditinggalkan tetap kosong. Ini berarti suatu zaman yang lebih sukar dan
parah lagi di bawah kekuasaan Asyur (ay 17). Perhitungan politis Ahas akan
terbukti salah sama sekali. Asyur bukanlah ”penolong”, melainkan musuh yang
lebih bengis lagi. Walaupun demikian, tanda Imanuel ini memberi suatu harapan
baru dalam perspektif sejarah keselamatan yang lebih mantap daripada
pertimbangan Ahas tersebut.Dengan melihat hal ini, maka makna dari tanda
Imanuel itu adalah untuk meneguhkan dan menggenapi janji-janji peringatan Tuhan,
untuk menghakimi raja Ahaz, untuk tanda pemberi hidup baru dan penghiburan
serta untuk menampilkan sebuah keberbedaan dari kepemimpinan raja Ahaz dengan
Raja Damai yang dinantikan.
IV.
Pemaknaan
Teks
Ketidakpercayaan merupakan suatu kemunafikan
yang dibangun oleh raja Ahaz. Dengan kata lain, dia takut dengan bangsa lain
yang akan menyerang bangsanya. Dia tidak mau mendengar perkataan Allah dan tidak
mau menerima sebuah tanda dari Allah. Walaupun Ahas menolak meminta tanda dari
Tuhan, Tuhan tetap menyatakan tanda tersebut. Inti dari tanda bukan pada wanita
muda yang mengandung, melainkan pada kehadiran anak yang diberi nama Imanuel,
"Allah beserta kita". namun Allah tetap memberikan tanda itu kepada
raja Ahaz agar dia mengetahui bahwa Allah mengingat janji-janjiNya kepada umat
Israel. Raja bergantung terhadap pemikirannya dan bergantung kepada bangsa
Asyur. Hal ini menyebabkan bangsa Israel semakin terhimpit dalam hal keagamaan
dan ketidakadilan social yang merebak di kalangan bangsa itu sendiri. Takut
terhadap ancaman dari luar mengakibatkan raja Ahaz meminta bantuan terhadap
bangsa Asyur. Hal inilah yang menjadi kesalahan besar yang diperbuat oleh raja
Ahaz.
Bagi para pembaca, baiklah kita hanya
mengandalkan Tuhan dalam kehidupan ini walaupun banyak tantangan hidup
didalamnya dan bukan mengandalkan dengan jalan pemikiran dan kekuatan kita atau
mengandalkan manusia yang mempunyai kuasa/penguasa. Sebagai jaminan bahwa
nubuatan nabi Yesaya yang menjadi pembahasan perikop ini telah terjadi maka
muncul teks dari kitab Injil Matius 1:23 yang menyatakan bahwa tanda “Immanuel”
itu selalu beserta dengan kita walaupun apa dan bagaimana keadaan hidup kita
saat ini, yang tentunya dengan penuh rasa takut akan Tuhan (jawaban untuk
pertanyaan yang ada dalam pendahuluan). Tuhan Memberkati.. Amin
(Pdt. Sangkot Simanjuntak M.Min)
(Pdt. Sangkot Simanjuntak M.Min)



Comments
Post a Comment